Badar Baraat

Kuguyurkan ke penjuru cakrawala
tandon air yang tertampung dari rasa bersalahmu. Hingga tanda tanya, mimpi-mimpi buruk, otot paha, dan langit-langit perasaanmu basah kuyup.

Ia yang mengelupas mantel prasangkamu, tanah liat yang mengeras menjadi tudung kepalamu -keangkuhan arus atas daratan.

Kutembuskan ke dasar palung samudra, bengawan musim kedua yang luber dari keputusasaanmu. Tebing-tebing hampa securam rahasia, waktu mengais di punggung hari depan yang kasar. Di antaranya pula kapur-kapur merenung, mengapa ia tak sempat mempercayai
deras tekad dengan lebih.

Biarkan aku sebagai pandir, keberanian masa kecil yang mencintaimu sepenuh getir. Ketidaktahuan membuatku lebih leluasa, berkarib dengan maut sebagai jalan jaminannya.

Biarkan aku sebagai pulan, kasih kayu manis dari hutan paling dalam
–pelan demi pelan.

Nasib hanyalah pengulangan kata-kata baku, sedang aku si pendosa yang mati dalam riwayat batu.

Related posts:

Do you remember me? I’m the lady with the big puppy from the park. We met yesterday and you and my puppy, Rudy, became fast friends. I saw you and your mommy walking in the park, heading toward the…

Sudah lama aku menutup buku yang sudah berdebu ini. Aku membukanya kembali. Padahal, aku yakin kamu sudah tidak ada disini. Tapi di dalam buku ini, kamu tidak akan pernah pergi ke manapun. Kamu akan…

Improvement is a basic human right. We all have the right to improve, whether it is being better at something positive or being better at something dreadful. In my opinion, everyone is trying to…